(2) Muh. Rustam HN (Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo)
(3) * Rahmawati Rahmawati (Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo, Indonesia)
*corresponding author
AbstractSirkumsisi (circumcision/khitan) atau dalam Bahasa Indonesia lebih dikenal dengan istilah “sunat” atau “supit”, adalah operasi pengangkatan sebagian, atau semua dari kulup (preputium) penis (WHO, 2007). Prosedur ini biasanya dilakukan untuk alasan agama, kebersihan, ataupun kosmetik. Sirkumsisi juga dapat mengurangi masalah yang timbul dari kondisi medis tertentu, seperti phimosis (kondisi dimana kulup tidak bisa ditarik kembali dari sekitar ujung penis). Secara medis, dikatakan bahwa sirkumsisi sangat menguntungkan bagi kesehatan. Banyak manfaat dari sirkumsisi yang diidentifikasi untuk mencegah infeksi saluran kemih, membuat penis menjadi bersih, penularan HIV, serta mengurangi resiko terkena karsinoma penis. Rendahnya pengetahuan tentang sirkumsisi menyebabkan anak takut melakukan sirkumsisi. Hal ini dikarenakan anak mendapatkan pengetahuan tentang sirkumsisi dan cara penyampaian yang salah. Orang tua memilih melakukan khitan pada anaknya dengan alasan sosial atau budaya seperti anak merasa malu jika belum melakukan khitan, sehingga ingin segera melakukannya. Anak melakukan khitan di usia 6-12 tahun atau ketika duduk dibangku kelas 3-6 Sekolah Dasar. Selain itu, khitan dilakukan sebagai alasan motivasi menuju kedewasaan pada anak. Sehingga petugas kesehatan harus meningkatkan pengetahuan anak dan orang tua tentang sirkumsisi. Sehingga anak memiliki motivasi yang kuat untuk menjalani sirkumsisi bukan karena paksaan orang tua dikarenakan alasan sosial atau budaya.
KeywordsEdukasi; Perawatan Luka; Sirkumsisi
|
DOIhttps://doi.org/10.47679/ib.2024698 |
Article metrics10.47679/ib.2024698 Abstract views : 126 | PDF views : 51 |
Cite |
Full TextDownload |
References
Friedman, B., Khoury, J., Petersiel, N., Yahalomi, T., Paul, M., & Neuberger, A. (2016). Pros and cons of circumcision: an evidence-based overview. Clinical Microbiology and Infection, 22(9), 768–774.
Ganeswari, P. A. D., Maheswari, L. M. S., & Puspawati, N. M. D. (2020). Peranan sirkumsisi dalam pencegahan infeksi menular seksual. Intisari Sains Medis, 11(3), 1157–1164.
Goldman, R. (1999). The psychological impact of circumcision. BJU International, 83(s 1), 93–102.
Lawal, T. A., & Olapade-Olaopa, E. O. (2017). Circumcision and its effects in Africa. Translational Andrology and Urology, 6(2), 149.
Morris, B. J., Wamai, R. G., Henebeng, E. B., Tobian, A. A. R., Klausner, J. D., Banerjee, J., & Hankins, C. A. (2016). Estimation of country-specific and global prevalence of male circumcision. Population Health Metrics, 14(1), 1–13.
Munzer, S. R. (2018). Examining nontherapeutic circumcision. Health Matrix, 28, 1.
Samsugito, I., Sukmana, M., Aminuddin, M., Sholichin, S., Miharja, E., Nopriyanto, D., Nur, S. R. F., Bahtiar, B., Muda, I., & Rahmadhani, S. (2022). Hipnoterapi Sebagai Pilihan Utama Manajemen Nyeri Pada Intraoperatif Sirkumsisi. Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM), 5(2), 436–441.
Wardhana, M., Windari, M., Sadeli, M. S., Wiraguna, A. A. G. P., Puspawati, N. M. D., Indira, I. G. A. A. E., & Mahariski, P. A. (2021). Peran sirkumsisi sebagai pencegahan infeksi herpes genetalis: suatu studi kohort retrospektif. Intisari Sains Medis, 12(2), 597–600.
Welan, R. (2023). Sirkumsisi Sebagai Langkah Menjaga Kesehatan Reproduksi Pria. Jurnal Altifani Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(2), 194–199.
Yunita, F. D. (2016). Pengaruh Hipnoterapi Terhadap Nyeri 1 Jam Pasca Sirkumsisi Anak Usia 8-12 Tahun Di Rumah Sunat Pakualaman Yogyakarta Tahun 2016. STIKES Bethesda Yakkum.
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2024 Sukurni, Muh. Rustam HN, Rahmawati
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.