Perbedaan Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Kader Posyandu Lansia Tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)

Vol. 3 No. 1: April 2022 | Pages : 1-6

DOI: 10.47679/makein.202256   Reader: 564 times PDF Download: 33 times


Abstract

PENDAHULUAN

Kondisi kesehatan masyarakat di Indonesia kini semakin kompleks, hal ini disebabkan karena saat ini Indonesia mengalami perubahan pola penyakit yang biasa disebut dengan transisi epidemiologi. Transisi epidemiologi timbul karena terjadinya perubahan pola perilaku dan pola penyakit pada masyarakat Indonesia yang disebabkan karena pola gaya hidup modern (Tedi, Fadly, & R, 2018). Salah satu upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pendidikan kesehatan sebagai bentuk intervensi terhadap salah satu faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan yaitu perilaku. Salah satu faktor yang terpenting untuk terbentuknya perilaku seseorang didasari oleh pengetahuan. Jika kita memiliki pengetahuan yang baik, maka kita tidak mudah terpengaruh akan objek yang ada di sekitar kita dan kita akan memiliki perilaku yang baik yang akan berlangsung lama (Suryani, Nurdjanah, & Jumadil, 2018). Pengetahuan dan sikap seseorang akan berpengaruh terhadap perilaku, termasuk didalam hal ini adalah pengetahuan dan sikap yang berpengaruh dalam perubahan perilaku (Panghiyangani et al., 2018).

Indonesia mulai mengalami perubahan pola penyakit yang disebut transisi epidemiologi yang ditandai dengan meningkatnya kematian dan kesakitan akibat penyakit tidak menular (PTM) seperti, stroke, jantung, diabetes, dan lain-lain. Meningkatnya kejadian PTM berdampak pada meningkatnya pembiayaan pelayanan kesehatan yang harus ditanggung oleh masyarakat dan pemerintah. Selain itu menurunnya produktivitas masyarakat, menurunnya daya saing negara, dan pada akhirnya mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat itu sendiri. Data menunjukkan bahwa periode 1990-2015, kematian akibat PTM meningkat dari 37% menjadi 57%. Peningkatan kematian terjadi akibat penyakit tidak menular tinggi. Prevalensi penyakit tidak menular mengalami peningkatan seperti kanker mencapai 1,8%, stroke 10,9%, penyakit ginjal kronik sebesar 3,8%, diabetes melitus 8,5%, dan hipertensi 34,1%. Peningkatan prevalensi penyakit tidak menular ini karena adanya perubahan pola hidup, dalam Riskesdas 2018 disebutkan bahwa prevalensi merokok pada remaja (10-18 tahun) mencapai 9,1%, mengonsumsi alkohol 3,3%, kurang melakukan aktivitas fisik 33,5% (Kemenkes RI, 2018). Ketika usia produktif mengalami penyakit tidak menular maka akan menganggu produktifitas kerja. Sehingga diperlukannya tindakan pencegahan dan penanggulangan dalam menghadapi masalah penyakit tidak menular. Salah satunya dalam mengendalikan PTM yang efisien dan efektif adalah pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat. Kementerian kesehatan RI secara khusus mengingatkan masyarakat untuk menjaga kesehatan melalui gerakan masyarakat hidup sehat (GERMAS) (Nuraisyah et al., 2022).

Germas menurut buku panduan Germas 2017 adalah suatu tindakan sistematika dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan, dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Germas merupakan geraka nasional sebagai upaya promotive dan preventif, tanpa mengesampingkanupaya kuratif-rehabilitatif (Kemenkes RI, 2019). Germas bertujuan agar masyarakat berperilaku sehat, sehingga akan berdampak pada kesehatan kerja, produktif, lingkungan bersih dan biaya untuk berobat berkurang. Germas membutuhkan peran semua pihak, tidak hanya kementerian kesehatan saja, tetapi juga peran kementerian dan lembaga lainnya serta seluruh lapisan masyarakat. Adanya hubungan yang signifikan terhadap kebiasaan hidup masyarakat yang telah/belum mengetahui atau mendapatkan sosialisasi tentang Germas (Nuraisyah et al., 2022).

Upaya pendidikan kesehatan menjadi alternatif pemberian informasi kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari program pembangunan kesehatan yang ditujukan untuk pemberdayaan individu, keluarga dan masyarakat agar tumbuh perilaku hidup sehat yang bersumber pada masyarakat (Nurfitriani & Anggraini, 2019). Pendidikan kesehatan sebagai proses tindakan secara mandiri ataupun bersama-sama berdasarkan pengetahuan untuk mempengaruhi kesehatan individu atau orang lain sebagai peningkatan kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dengan kesadaran. Memberikan pendidikan kesehatan dapat memberikan perubahan perilaku. Proses perubahan perilaku ssehat melalui pendidikan kesehatan bukan sekedar mentransfer ilmu pengetahuan dan sikap dari guru, tetapi bagaimana siswa dapat berperilaku dengan mewujudkan keseimbangan antara lingkungan, perilaku, dan manusia (Sari, 2013). Peran pendidikan kesehatan membutuhkan media sebagai komunikasi. Media dalam proses komunikasi merupakan salah satu komponen yang harus ada, yaitu komunikator, pesan (informasi), komunikan, dan media serta adanya umpan balik (D. T. Wahyudi, 2020). Salah satu bentuk penyampaian pesan dalam komunikasi dan pemberian pendidikan kesehatan adalah penyuluhan. Penyuluhan dengan metode ceramah memiliki tingkat persentase lebih tinggi untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap dibanding dengan metode lainnya (Panghiyangani et al., 2018). Berdasarkan penelitian Muthia, Fitriangga, & Yanti (2015), didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara tingkat pengetahuan akhir dengan tingkat pengetahuan awal pada responden yang mendapat penyuluhan kesehatan. Penyuluhan kesehatan merupakan suatu kegiatan yang dapat mempengaruhi perubahan perilaku responden, salah satunya perubahan pengetahuan. Setelah diberikannya penyuluhan maka responden mendapat pembelajaran yang menghasilkan suatu perubahan dari yang semula belum mengetahui menjadi mengetahui dan yang dahulu belum memahami menjadi memahami serta diharapkan adanya perubahan sikap dan perilaku. Berdasarkan uraian diatas, sehingga penelitian dilakukan untuk mengetahui perbedaan pemberian pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap kader posyandu lansia tentang Germas.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain Pre Eksperiment pre test dan post test, dimana hanya ada kelompok intervensi (perlakuan) saja yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap kader posyandu lansia tentang Germas. Peneliti melakukan observasi sebanyak 2x yaitu sebelum (pre test) mengisi formulir kuesioner sebelum pemberian pendidikan kesehatan, memberikan edukasi terkait dengan sikap ibu kader terkait PHBS dan sesudah (post test) diberikan kembali kuesioner dan mengisi formulir terkait perubahan sikap yang sudah dilakukan, penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2021 di Kelurahan Jangli Kota Semarang.

Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh kader posyandu lansia di wilayah RW 03 Kelurahan Jangli sebanyak 30 orang. Sampel pada penelitian ini yaitu seluruh kader posyandu lansia yang ada di Kelurahan Jangli pada saat penelitian berlangsung yang sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 30 orang. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total Sampling, dimana seluruh populasi menjadi sampel penelitian. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah kader posyandu lansia dan bersedia menjadi responden serta dapat mengikuti kegiatan dilakukan selama seminggu. Variabel independen dalam penelitian ini pendidikan kesehatan dan variabel dependen pengetahuan dan sikap kader posyandu lansia.

Pengumpulan data dilakukan peneliti dengan cara mengumpulkan kader posyandu lansia, setelah berkumpul peneliti menjelaskan tujuan penelitian dan maksud penelitian yang akan dilaksanakan, selanjutnya peneliti akan membagikan informed consent dan menjelaskan isi dari infomed consent, jika setuju menjadi responden kader posyandu lansia akan menandatangani pada lembar informed consent. Peneliti melakukan wawancara yang berkaitan tentang pengetahuan dan sikap tentang Germas. Setelah melakukan wawancara, peneliti membuat jadwal untuk pertemuan dan pendidikan kesehatan, setelah jadwal disepakati maka peneliti bisa memberikan edukasi pendidikan kesehatan yang terdiri dari pendidikan kesehatan terkait PHBS, program Germas, Aupan Gizi Seimbang, pentingnya aktivitas seahari-hari dan berolaharaga 3-4x/minggu pada kader posyandu lansia melalui persentasi atau ceramah dengan media power point dengan masing-masing waktu persentasi selama 10-15 menit dan materi dalam bentuk hard copy kemudian diikuti dengan diskusi dan sesi tanya jawab mengenai pengetahuan dan sikap kader posyandu lansia tentang Germas dengan sesi waktu 25 menit. Selanjutnya, peneliti meminta kader posyandu lansia untuk datang kembali sesuai dengan jadwal yang telah disepakati dan peneliti menilai kembali pengetahuan dan sikap kader posyandu lansia menggunakan lembar kuesioner dan checklist yang sama.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara kader posyandu lansia menjawab setiap pertanyaan yang diberikan oleh peneliti dan responden melakukan checklist pada lembar sikap yang telah disediakan. Instrumen pengetahuan ada 10 pertanyaan berkaitan dengan kegiatan Germas yang terdiri pertanyaan positif dan negatif. Ada 7 pertanyaan positif dan pertanyaan negatif ada 3, serta 10 pernyataan checklist. Skala pengukuran jawaban menggunakan skala Guttman dimana pernyataan berupa benar dan salah, jika pada pernyataan positif menjawab benar maka diberi nilai 1 dan jika menjawab salah diberi nilai 0. Pernyataan negatif jika dijawab benar diberi nilai 1 dan jika salah diberi nilai 0.

Analisis penelitian yang dilakukan adalah Analisis Univariat yaitu dimaksudkan untuk mengetahui distrsi frekuensi dari sub variabel yang diamati sehingga dapat mengetahui gambaran dari variabel yang diteliti, dan Analisis bivariat. Pada penelitian ini hasil sebaran selisih yang dihitung tidak normal sehingga analisis bivariate dalam penelitian ini menggunakan uji non parametric Wilcoxon Sign Test .

HASIL DAN DISKUSI

Tabel 1 .

Dis tribusi Frekuensi Usia, Pendidikan Kader Posyandu Lansia

Usia Frekuensi Persentase (%)
20-35 Tahun >35 Tahun 10 20 33,3 66,7
Pendidikan SD SMP SMA PT 9 9 9 3 30,0 30,0 30,0 10,0
Jumlah 30 100,0
Table.

Tabel 1 menunjukkan sebagian besar responden berusia >35 tahun sebanyak 20 orang (66,7%), sebagian besar pendidikan responden yaitu SD sebanyak 9 orang (30%), SMP sebanyak 9 orang (30%), dan SMA sebanyak 9 orang (30%).

Tabel 2.

Uji Normalitas

Variabel Standar Error Sig. 95% CI
Pretest Pengetahuan 0,217 0,020 4,59-5,48
Posttest Pengetahuan 0,184 0,003 8,16-8,91
Pretest Sikap 0,297 0,019 6,49-7,71
Posttest Sikap 0,205 0,000 8,68-9,52
Table.

Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil 95% confidence interval tingkat pengetahuan kader posyandu lansia sebelum dilakukan pendidikan yaitu 4,59-5,48 dengan uji normalitas data 0,020 sehingga hasil uji normalitas <0,05. Hasil tingkat pengetahuan kader posyandu lansia setelah diberikan pendidikan kesehatan hasil 95% confidence interval yaitu 8,16-8,91 dengan hasil uji normalitas data 0,003 sehingga hasil uji normalitas <0,05 maka dapat disimpulkan tingkat pengetahuan kader posyandu lansia tentang Germas sebelum dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan berdistrsi tidak normal. Sedangkan, hasil 95% confidence interval sikap kader posyandu lansia sebelum dilakukan pendidikan yaitu 6,49-7,71 dengan uji normalitas data 0,019 sehingga hasil uji normalitas <0,05. Hasil tingkat sikap kader posyandu lansia setelah diberikan pendidikan kesehatan hasil 95% confidence interval yaitu 8,68-9,52 dengan hasil uji normalitas data 0,000 sehingga hasil uji normalitas <0,05 maka dapat disimpulkan sikap kader posyandu lansia tentang Germas sebelum dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan berdistrsi tidak normal. Pengetahuan dan sikap memiliki hasil uji normalitas yang tidak berdistrsi normal.

Tabel 3.

Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Kader Posyandu Lansia

Pendidikan N Mean P Value
Pretest Pengetahuan 30 5,03 0,000
Posttest Pengetahuan 30 8,53
Sikap
Pretest Sikap 30 7,10 0,000
Posttest Sikap 30 9,10
Table.

Hasil analisis berdasarkan Tabel 3 dari 30 orang responden diperoleh hasil rata-rata tingkat pengetahuan sebelum dilakukan pendidikan kesehatan adalah 5,03 dan tingkat pengetahuan setelah dilakukan pendidikan kesehatan adalah 8,53. Nilai signifikansi diperoleh sebesar 0,000, oleh karena itu p value = 0,000 < 0,05 maka dapat dinyatakan terdapat pengaruh tingkat pengetahuan pada kader posyandu lansia antara sebelum dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan. Sedangkan, hasil rata-rata sikap sebelum dilakukan pendidikan kesehatan adalah 7,10 dan sikap setelah dilakukan pendidikan kesehatan adalah 9,10. Nilai signifikansi diperoleh sebesar 0,000, oleh karena itu p value = 0,000 < 0,05 maka dapat dinyatakan terdapat pengaruh peningkatan sikap pada kader posyandu lansia antara sebelum dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap kader posyandu lansia di Kelurahan Jangli Kota Semarang.

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Karakteristik Berdasarkan Usia Responden

Berdasarkan Tabel 1. Sebagian besar responden mempunyai usia 35-55 Tahun yaitu sebesar 66,7%. Ini menunjukkan bahwa kader posyandu lansia di Kelurahan Jangli memiliki usia yang bervariasi, meskipun terdapat beberapa yang sudah tidak produktif namun pemberian pendidikan kesehatan melalui penyuluhan dapat diterima secara informatif dan lebih berpengalaman.

Karakteristik Berdasarkan Pendidikan Responden

Berdasarkan Tabel 1. Sebagian besar responden menyelesaikan pendidikan di jenjang SD, SMP, SMP masing-masing sebesar 30%. Ini menunjukkan bahwa kader posyandu lansia di Kelurahan Jangli pendidikan yang bervariatif ternyata juga dapat menerima informasi baru terkait Germas. Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi baru yang diterimanya.

Perbedaan Pemberian Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Kader Posyandu Lansia Tentang GERMAS

Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji statistik Wilcoxon Sign Test menunjukkan bahwa ada pengaruh yang bermakna antara pendidikan kesehatan kader posyandu lansia kelurahan Jangli Kota Semarang terhadap pengetahuan tentang Gerakan Masyarakat Hidup Bersih dan Sehat sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang muncul ketika seseorang menggunakan inderanya untuk menggali suatu benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Pengetahuan erat hubungannya dengan pendidikan seseorang, sehingga seorang yang pengetahuan luas maka akan mudah menerima informasi. peningkatan pendidikan bukan hanya dengan pendidikan formal tetapi bisa melalui non formal (Mediatrix & Victoria, 2019). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Penyuluhan kesehatan atau edukasi adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi individu, kelompok dan masyarakat untuk menerapkan cara- cara hidup sehat (Taufik, 2019). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Mokalu & Kolibu (2021) tetapi mempunyai hasil yang pengetahuan tentang Germas juga akan dapat diterima, begitu juga sebaliknya, dengan asumsi pengetahuan kurang berkaitan dengan daerah setempat akan menghindari melakukan Germas. Sebagian dari masalah yang terjadi antara lain banyak orang yang tidak tahu sama sekali apa itu program Germas sehingga orang lebih memilih untuk tidak berperan dalam menjalankan Germas. Pendidikan kesehatan dengan cara penyuluhan kesehatan sebagai bagian dalam promosi kesehatan memang diperlukan sebagai upaya meningkatkan kesadaran dan pengetahuan, disamping pengetahuan sikap dan perbuatan. Oleh karena itu, tentu diperlukan upaya penyediaan dan penyampaian informasi, makan setelah dilakukan penyuluhan kesehatan seharusnya akan terjadi peningkatan pengetahuan oleh masyarakat (Muthia et al., 2015). Pengetahuan yang baik akan mengubah pola pikir dan kesadaran masyarakat itu untuk menjaga kesehatan tubuh dan menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam menjaga hidup sehat. Pengetahuan yang baik akan membuat sikap masyarakat menjadik baik terhadap pentingnya menerapkan PHBS dan program Germas yang dilakukan oleh pemerintah secara tidk langsung melakukan atau mempraktekkan langsung tahapan-tahapan Germas untuk mewujudkan masyarakat yag sehat dan mengubah perilaku yang buruk menjadi baik (Suryani et al., 2018). Tanpa pengetahuan, seseorang tidak memiliki alasan untuk memastikan dan memutuskan langkah pada isu-isu saat ini. pengetahuan masyarakat tentang Germas sangat mempengaruhi perilaku individu, khususnya dalam pelaksanaan Germas (Mokalu & Kolibu, 2021).

Pendidikan kesehatan didefinisikan sebagai usaha atau kegiatan untuk membantu individu, kelompok, atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan perilaku mereka untuk mencapai tingkat kesehatannya secara optimal (Lubis & Suriyani, 2016). Efektivitas pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan kader posyandu lansia sesuai dengan penelitian lain yang mendukung adalah penelitian dari Pangaribuan (2017) “Pengaruh media pendidikan kesehatan tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) terhadap pengetahuan studi Eksperiment pada perawat pelaksana di Rumah Sakit Tk. II Putri Hijau Medan Penelitian memberikan intervensi berupa memperlihatkan audio Visual dan pantom pada responden. Hasil penelitian ada pengaruh yang bermakna antara intervensi audio visual dan pantom dengan tingkat pengetahuan (p=0,05) dan menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan.

Berbagai faktor yang mungkin berpengaruh pada penyuluhan adalah penyuluh, materi yang diberikan, media penyuluhan serta sasaran yang disuluh. Materi yang disampaikan cukup menarik dilihat dari antusias responden, media pada metode ceramah pun menggunakan media power point dimana peneliti mencoba memaksimalkan semua panca indra dalam penelitian ini baik penglihatan maupun pendengaran (Dewi, Rustiawati, & Sulastri, 2020). Hal ini dapat terjadi karena karakteristik responden penelitian yang kelompok kami lakukan mayoritas memiliki tingkat pendidikan menengah dan tinggi serta pengalaman sehingga memungkinkan mereka memiliki pengetahuan yang baik pula dalam upaya melakukan Germas. Variasi karakteristik responden, utamanya tingkat pendidikan diperlukan untuk mendapatkan hasil yang lebih signifikan.

Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Terhadap Sikap Kader Posyandu Lansia Tentang GERMAS

Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji statistik Wilcoxon Sign Test menunjukkan bahwa ada pengaruh yang bermakna antara pemberian pendidikan kesehatan kader posyandu lansia kelurahan Jangli Kota Semarang terhadap sikap tentang Gerakan Masyarakat Hidup Bersih dan Sehat dengan signifikansi p value = 0,000. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang lainnya, Menurut Nurmadani, Sari, Muti’atunnisa, & Anisya (2021) menunjukan hasil bahwa sikap memiliki hubungan dengan GERMAS, dimana sikap dan perilaku tidak dapat didefinisikan karena terdapat nilai yang konstan. Sikap merupakan kesiapan atau ketersediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi masih merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap seseorang akan memengaruhi tindakan kesehatan, minat untuk bertindak positif seseorang akan menghasilkan tindakan kesehatan yang positif pula (Rustika & Burase, 2018). Sikap merupakan kesiapan atau ketersediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi masih merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap seseorang akan memengaruhi tindakan kesehatan, minat untuk bertindak positif seseorang akan menghasilkan tindakan kesehatan yang positif pula (Khomsah & Sukmawati, 2021). Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan, seperti sikap terhadap penyakit menular dan tidak menular, sikap terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi kesehatan, sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan sikap untuk menghindari kecelakaan (Yarmaliza & Zakiyuddin, 2019).

Pengetahuan dan sikap dapat dipengaruhi oleh pendidikan kesehatan. Terjadinya peningkatan pegetahuan dan perubahan sikap kader posyandu lansia setelah dilakukannya pendidikan kesehatan ini yang dapat dipengaruhi antara lain usia ibu kader posyandu lansia, pendidikan kader posyandu lansia, dan juga penyerapan serta penerapan dari informasi yang didapatkan. Guna mencapai perilaku positif tentang hidup bersih dan sehat melalui Germas terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses perubahan tersebut, yaitu predisposing factors, enabling factors, dan reinforcing factors. Factor predisposing mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat social ekonomi. Factor enabling yaitu tersedianya sumber-sumber yang diperlukan khususnya untuk mendukung terjadinya perubahan perilaku tersebut seperti adanya fasilitas bagi petugas, terjangkaunya fasilitas tersebut dari pemukiman masyarakat. Factor reinforcing yaitu sikap dan perilaku dari petugas yang bertanggungjawab terhadap perubahan perilaku masyarakat yang menjadi sasaran. Selain itu proses perubahan perilaku juga didahului oleh perubahan pengetahuan, perubahan sikap atau persuasi, pengambilan keputusan, sehingga pada akhirnya akan tercapai tahap implementasi dan konfirmasi (Ani, Wijayanti, & Harwijayanti, 2020). Germas yang dapat dilakukan dengan cara: melakukan aktifitas fisik, mengkonsumsi sayur dan buah, tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, memeriksa kesehatan secara rutin, membersihkan lingkungan, dan menggunakan jamban. Pada tahap awal, GERMAS secara nasional dimulai dengan berfokus pada tiga kegiatan, yaitu: melakukan aktivitas fisik 30 menit per hari, mengkonsumsi buah dan sayur; dan memeriksakan kesehatan secara rutin (Kemenkes RI, 2019).

Berdasarkan hasil penelitian dan teori diatas, seluruh ibu kader posyandu lansia yang telah dilakukan penilaian sikap dan diberikan pendidikan kesehatan khususnya terkait PHBS, konsumsi buah dan sayur, aktivitas fisik, pemeriksaan kesehatan secara rutin, hasilnya menunjukkan terjadi perubahan sikap secara positif meskipun tidak semua mengalami perubahan sikap dengan total nilai 10. Tetapi secara kuantitatif hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian pendidikan kesehatan dapat memperbaiki sikap kader posyandu lansia yang berhubungan dengan Germas. Pentingnya pendidikan kesehatan dilaksanakan secara berkala yaitu untuk mengingatkan dan memonitoring serta mengevaluasi perubahan sikap kearah yang positif.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Rata-rata tingkat pengetahuan dan sikap kader posyandu lansia sebelum dilakukan pendidikan kesehatan di Kelurahan Jangli Kota Semarang sebesar 5,03 dan 7,10. Rata-rata tingkat pengetahuan dan sikap kader posyandu lansia sesudan dilakukan pendidikan kesehatan di Kelurahan Jangli Kota Semarang sebesar 8,53 dan 9,10. Terdapat perbedaan sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap kader posyandu lansia di Kelurahan Jangli Kota Semarang p value = 0,000 dan p value = 0,000.

Diharapkan kader posyandu dapat melakukan penerapan sikap germas dan mengajak masyarakat untuk lebih peduli dengan kesehatan dan menjaga kesehatan dan rohani, sehingga mencegah terjadinya penyakit serta melaksanakan pemeriksaan kesehatan secara berkala.

Funding Statement

The authors did not receive support from any organization for the submitted work and No funding was received to assist with the preparation of this manuscript.

Conflict of Interest statement

Penulis yang namanya tercantum tepat di bawah ini menyatakan bahwa tidak memiliki afiliasi atau keterlibatan dengan pihak luar manapun dan tulisan ini murni dari sumber yang dicantumkan di daftar pustaka serta tidak mengandung plagarisme dari jurnal artikel manapun. Sumber tulisan telah dicantumkan seluruhnya di daftar pustaka.

Data Availability

References

  • Ani, M., Wijayanti, K., & Harwijayanti, B. P. (2020). Membudayakan Hidup Bersih Dan Sehat Melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) Di Desa Jepangrejo, Blora. Jurnal Abdimas Madani, 2(2), 25–32.
  • Dewi, N. H., Rustiawati, E., & Sulastri, T. (2020). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Bantuan Hidup Dasar Pada Perawat dan Bidan di Puskesmas Gunung SAri Kabupaten Serang. Jurnal Ilmiah Keperawatan, 25(1), 1–9.
  • Kemenkes RI. (2018). Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Kementrian Kesehatan RI, 53(9), 1689–1699.
  • Kemenkes RI. (2019). Tiga Tahun GERMAS Lessons Learned. In Kementerian Kesehatan RI (pp. 1–122). Retrieved from https://kesmas.kemkes.go.id/assets/uploads/contents/others/Buku_Tiga_Tahun_Germas_Lesson_Learned.pdf
  • Khomsah, Y. S., & Sukmawati, E. (2021). Pengetahuan, Sikap Ibu, Sarana Kesehatan dan Sikap Petugas Kesehatan Tentang Pemeriksaan Kehamilan Selama Masa Pandemi Covid-19 Terhadap Perilaku Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan. Jurnal Bidan Komunitas, 5(1), 42–50.
  • Lubis, H. R., & Suriyani, D. (2016). Pengetahuan dan Penerapan GERMAS PIS-PIK Pada Keluarga Binaan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Tahun 2020. Jurnal Ilmiah Maksitek, 4(1), 1–23.
  • Mediatrix, L., & Victoria, G. (2019). Pengetahuan dan Pelaksanaan Germas di Desa Negeri Lama Wilayah Kerja Puskesmas Passo. Tunas-Tunas Riset Kesehatan, 9(4), 387–393.
  • Mokalu, J. A. W., & Kolibu, F. K. (2021). Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap dengan Implementasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di Desa Pontak Kecamatan Ranoyapo Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal KESMAS, 10(8), 78–83.
  • Muthia, F., Fitriangga, A., & Yanti, S. N. (2015). Perbedaan Efektifitas Penyuluhan Kesehatan menggunakan Metode Ceramah dan Media Audiovisual (Film) terhadap Pengetahuan Santri Madrasah Aliyah Pesantren Khulafaur Rasyidin tentang TB Paru T. Jurnal Cerebellum, 2(4), 646–656. Retrieved from http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jfk/article/viewFile/23546/18499
  • Nuraisyah, F., Purnama, J. S., Nuryanti, Y., Agustin, R. D., Desriani, R., & Putri, M. U. (2022). Edukasi Pengetahuan Penyakit Tidak Menular dan GERMAS Pada Usia Produktif di Dusun Karangbendo. Panitra Abdi, 6(1), 1–7. Retrieved from http://journal.unhas.ac.id/index.php/panritaabdi
  • Nurfitriani, N., & Anggraini, E. (2019). Pengaruh Pengetahuan dan Motivasi Ibu Rumah Tangga Tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) di Kelurahan Talang Bakung Kota Jambi. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 19(3), 532. https://doi.org/10.33087/jiubj.v19i3.739
  • Nurmadani, L., Sari, A. N. L., Muti’atunnisa, A. F., & Anisya, A. (2021). Pengetahuan dan Sikap terhadap Perilaku Germas di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Pengabdian Masyarakat: Pengmaskesmas, 1(2), 76–90.
  • Pangaribuan, R. (2017). Peningkatan Pengetahuan Siswa Kelas Ix Tentang P3K Di Smp Tunas Karya Batang Kuis Tahun 2017 Pre Test O2 O3 O4. Jurnal Riset Hesti Medan, 2(2), 165–172.
  • Panghiyangani, R., Arifin, S., Fakhriadi, R., Kholishotunnisa, S., Annisa, A., Nurhayani, S., & Herviana, N. S. (2018). Efektivitas Metode Penyuluhan Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Tentang Pencegahan Keputihan Patalogis. Jurnal Berkala Kesehatan, 4(1), 18. https://doi.org/10.20527/jbk.v4i1.5655
  • Rustika, R., & Burase, E. (2018). Pengetahuan,Sikap Dan Perilaku Penggunaan Masker Dalam Upaya Pencegahan Ispa Pada Jemaah Haji Indonesia Di Arab Saudi Tahun 2016. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 21(3), 179–187. https://doi.org/10.22435/hsr.v21i3.469
  • Sari, I. P. T. P. (2013). Pendidikan Kesehatan Sekolah Sebagai Proses Perubahan Perilaku Siswa. Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, 9(2), 141–147. Retrieved from https://journal.uny.ac.id/index.php/jpji/article/viewFile/3017/2510
  • Suryani, D., Nurdjanah, E. P., & Jumadil, M. (2018). Membudayakan Hidup Sehat Melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat ( GERMAS ) Di Dusun Mendang III , Jambu Dan Jrakah Kecamatan , Program Infrastruktur Berbasis Masyarakat ( IBM ) Kementerian Pekerjaan Umum dan. Jurnal Pemberdayaan: Publikasi Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(1), 65–74.
  • Taufik, A. (2019). Peningkatan Pengetahuan Tentang Demensia Pada Kader Posyandu Lansia Di Kelurahan Mersi Melalui Kegiatan Penyuluhan Dan Pemberdayaan. Prosiding Seminar Nasional, 8(1), 26–33. Retrieved from http://jurnal.lppm.unsoed.ac.id/ojs/index.php/Prosiding/article/view/696
  • Tedi, T., Fadly, F., & R, R. (2018). Hubungan Program Germas Terhadap Kebiasaan Hidup Masyarakat Yang Telah dan Belum Mendapatkan Sosialisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Sukarame Palembang. JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang), 13(1), 54–60. https://doi.org/10.36086/jpp.v13i1.77
  • Wahyudi, D. T. (2020). Pendidikan Kesehatan Dengan Media Asbak Terhadap Persepsi Pencegahan Merokok Di Dalam Rumah Tangga. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 09(1), 52–58.
  • Yarmaliza, Y., & Zakiyuddin, Z. (2019). Pencegahan Dini Terhadap Penyakit Tidak Menular (Ptm) Melalui Germas. Jurnal Pengabdian Masyarakat Multidisiplin, 2(3), 168–175. https://doi.org/10.36341/jpm.v2i3.794

Editorial's Note

Majalah Kesehatan Indonesia remains neutral with regard to jurisdictional claims in published maps and institutional affiliations.

Rights and permissions

Open Access This article is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License, which permits use, sharing, adaptation, distribution and reproduction in any medium or format, as long as you give appropriate credit to the original author(s) and the source, provide a link to the Creative Commons licence, and indicate if changes were made. The images or other third party material in this article are included in the article's Creative Commons licence, unless indicated otherwise in a credit line to the material. If material is not included in the article's Creative Commons licence and your intended use is not permitted by statutory regulation or exceeds the permitted use, you will need to obtain permission directly from the copyright holder. To view a copy of this licence, visit https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/.

Fulltext PDF

Keywords

  • Health Education
  • Knowledge
  • Attitude
  • Elderly Posyandu Cadre
  • Germas

Author Information

Catur Retno Lestari

Program Studi Sains Biomedis, Fakultas Kesehatan, Universitas Ivet Semarang, Indonesia.

Nunung Eni Elawati

Program Studi Sains Biomedis, Fakultas Kesehatan, Universitas Ivet Semarang, Indonesia.

Martha Aulia Marco

Program Studi Sains Biomedis, Fakultas Kesehatan, Universitas Ivet Semarang, Indonesia.

Article History

Submitted : 29 March 2022
Revised : 9 April 2022
Published : 25 April 2022

How to Cite This

Lestari, C. R., Elawati, N. E. ., & Marco, M. A. . (2022). Perbedaan Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Kader Posyandu Lansia Tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS). Majalah Kesehatan Indonesia, 3(1), 1–6. https://doi.org/10.47679/makein.202256

Crossmark and Dimension

template

Before Submission

custom_header

ISSN : 2745-6498 (Print)
ISSN : 2745-8008 (online)

Keywords

Ceritificate Accreditation

Certificate Accreditation

Visitors Statistics